Pangeran
Senin, 02 Agustus 2010
TENTANG ASMA
Rabu, 31 Maret 2010
Senin, 29 Maret 2010
Sabtu, 27 Maret 2010
Diagnosa Keperawtan dan Intervensi Keperawatan ANGINA PEKTORIS
ANGINA PEKTORIS
1. Diagnose : Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan Anterosklerosis, kerja fisik ditandai dengan peningkatan TD dan nadi, peningkatan/penurunan frekuensi pernafasan, berkeringat, gelisah.
Tujuan : setelah dilakukan perawatan 2x24 jam, nyeri hilang.
Kriteria hasil : - menunjukkan/menyatakan nyeri hilang.
- Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Intervensi | Rasional |
1. Observasi gejala yang berhubungan, contoh ; dispnea, mual/muntah, pusing, palpitasi | - Penurunan curah jantung (yang terjadi sebelum episode iskemia miokard) merangsang system saraf simpatis/parasimpatis yang menyebabkan berbagai rasa sakit dimana pasien tidak dapat mengidentifikasi apakah berhubungan dengan episode angina. |
2. Pantau kecepatan/irama jantung | - Pasien angina tidak stabil mengalami peningkatan disritmia,yang mengancam hidup secara akut yang terjadi pada respon terhadap iskemia/stress. |
3. Letakkan pasien pada istirahat total selama episode angina | - Menurunkan kebutuhan oksigen miokard untuk meminimalkan resiko cidera jaringan/nekrosis. |
4. Tinggikan kepala tempat tidur bila pasien nafas pendek | - Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan nafas pendek berulang. |
5. Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan (khususnya sisi kiri) | - Nyeri jantung dapat menyebar contoh nyeri lebih sering menyebar kepermukaan yang dipersarafi oleh tingkat saraf spinal yang sama. |
6. Kolaborasi : - Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi - Berikan antiangina sesuai indikasi contoh ; Nitro-Dur, Transderm-Nitro | - Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard/mencegah/iskemia - Menurunkan frekuensi dan beratnya serangan dengan menghasilkan vasodilatasi panjang/continue. |
2. Diagnose : Penurunan curah jantung berhubungan dengan iskemia miokard memanjang, efek obat ditandai dengan dispnea, gelisah, penurunan nadi perifer, kulit dingin/pucat, nyeri dada continue.
Tujuan : setelah perawatan 1x24 jam, tanda – tanda penurunan curah jantung hilang.
Kriteria hasil : - Melaporkan episode dispnea, angina dan disritmia.
- Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
- Berpartisipasi pada perilaku yang menurunkan kerja jantung
Intervensi | Rasional |
1. Pantau tanda vital (frekuensi jantung, TD) | - Menentukan respon pasien terhadap aktifitas dan dapat mengindikasikan penurunan oksigen miokardia yang memerlukan penurunan aktivitas / kembali tirah baring. |
2. Kaji tanda – tanda dan gejala GJK | - Menurunkan kerja miokardia / konsumsi oksigen |
3. Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen. Contoh : mengejan saat defikasi | - Aktivitas yang memerlukan menahan nafas dan menunduk dapat mengakibatkan bradikardi , juga menurunkan curah jantung dan takikardi dengan peningkatan TD. |
4. Kaji ulang tanda/gejala yang menunjukkan tdk toleran terhadap aktivitas atau memerlukan pelaporan pada perawat/dokter. | - Palpitasi nadi tak teratur , adanya nyeri dada , atau dispnea dapat mengindikasikan kebutuhan perubahan progam OR atau obat. |
5. Kolaborasi Rujuk keprogram rehabilitasi jantung | - Memberikan dukungan / pengawasan tambahan berlanjut dan partisipasi proses penyembuhan dan kesejahteraan. |
3. Dx keperawatan : Resiko tinggi terhadap prubahan perfusi jaringan b/d penurunan /
pengentian aliran darah.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam perubahan perfusi jaringan kembali normal
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan perfusi adekuat secara individual , contoh:kulit hangat dan kering , ada nadi perifer/kuat , tanda vital dalam batas normal , pasien sadar atau berorientasi , keseimbangan pemasukan / pengeluaran , tanda edema , bebas nyeri / ketidaknyamanan.
Intervensi | Rasional |
1. Kaji pucat , sianosis , Kulit dingin atau lembab dan catat kekuatan nadi perifer. | - Vasokonriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit. |
2. Kaji tanda HOMAN(nyeri pada betis dengan posisi dorsofieksi,eritma,edema | - Indikator trombosis vena dalam. |
3. Dorong latihan kaki aktif/pasif. | - Menurunkan statis vena , meningkatkan aliran balik vena dan mrnurunkan resiko tromboflebitis. |
4. Pantau pernafasan,catat kerja pernafasan.
| - Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernafasan.namun dispnea tiba-tiba berlanjut menunjukan komplikasi tromboemboli. |
5. Kolaborasi : - Pantau data laboratorium (ex:GDA,BUN,kreatinin,elektrolit) - Beri obat sesuai indikasi co/heparin/natrium warfarin. | - Indikator perfusi/fungsi organ. - Untuk terapi koagulan jangka panjang/pasca Pulang. |
4. Dx Keperawatan : Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi organ.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24jam kebutuhan pemenuhan cairan dapat kembali normal.
Kriteria hasil : - Mempertahankan keseimbangan cairan(TD dalam batas normal)
- Tak ada distensi vena perifer/vena dan edema dependen
- Paru bersih dan berat badan stabil
Intervensi | Rasional |
1. Auskultasi bunyi nafas untk adanya krekel | - dapat mengindifikasikan edema paru akibat dekompensasi jantung. |
2. Ukur masukan /keluaran,catatpenuranan pengeluaran,sifat konsentrasi | - penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal,retensi natrium/air & penurunan keluaran urin. |
3. Timbang berat badan tiap hari | - perubahan tiba-tiba pada berat badan menunjukan gangguan keseimbangan cairan. |
4. Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler | - Memenuhi cairan tubuh orang dewasa tetapi memerlukan pembatasan pada adanya dekompensasi jantung. |
5. Kolaborasi : - Berikan diet natrium rendah/minuman - berikan diuretik (ex:lasik) - pantau kalium sesuai indikasi
| - natrium meningkatkan retensi cairan & harus dibatasi - natrium memperbaiki kelebihan cairan - hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi & dapat terjadi dengan penggunaan diuretik penurun kalsium. |