Senin, 02 Agustus 2010

TENTANG ASMA

Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara.

PENYEBAB
Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan (inflamasi) dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Mastosit di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya: - kontraksi otot polos - peningkatan pembentukan lendir - perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Mastosit mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang.
Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien.
Sel lainnya (eosnofil) yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma melepaskan bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan saluran udara.

GEJALA
Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak nafas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala.
Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas yang berbunyi (mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.
Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala.
Selama serangan asma, sesak nafas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat.
Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna,
Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di sekitar organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita.

Sabtu, 27 Maret 2010

Diagnosa Keperawtan dan Intervensi Keperawatan ANGINA PEKTORIS

ANGINA PEKTORIS

1. Diagnose : Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan Anterosklerosis, kerja fisik ditandai dengan peningkatan TD dan nadi, peningkatan/penurunan frekuensi pernafasan, berkeringat, gelisah.

Tujuan : setelah dilakukan perawatan 2x24 jam, nyeri hilang.

Kriteria hasil : - menunjukkan/menyatakan nyeri hilang.

- Tanda – tanda vital dalam batas normal.

Intervensi

Rasional

1. Observasi gejala yang berhubungan, contoh ; dispnea, mual/muntah, pusing, palpitasi

- Penurunan curah jantung (yang terjadi sebelum episode iskemia miokard) merangsang system saraf simpatis/parasimpatis yang menyebabkan berbagai rasa sakit dimana pasien tidak dapat mengidentifikasi apakah berhubungan dengan episode angina.

2. Pantau kecepatan/irama jantung

- Pasien angina tidak stabil mengalami peningkatan disritmia,yang mengancam hidup secara akut yang terjadi pada respon terhadap iskemia/stress.

3. Letakkan pasien pada istirahat total selama episode angina

- Menurunkan kebutuhan oksigen miokard untuk meminimalkan resiko cidera jaringan/nekrosis.

4. Tinggikan kepala tempat tidur bila pasien nafas pendek

- Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan nafas pendek berulang.

5. Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan (khususnya sisi kiri)

- Nyeri jantung dapat menyebar contoh nyeri lebih sering menyebar kepermukaan yang dipersarafi oleh tingkat saraf spinal yang sama.

6. Kolaborasi :

- Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

- Berikan antiangina sesuai indikasi contoh ; Nitro-Dur, Transderm-Nitro

- Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard/mencegah/iskemia

- Menurunkan frekuensi dan beratnya serangan dengan menghasilkan vasodilatasi panjang/continue.

2. Diagnose : Penurunan curah jantung berhubungan dengan iskemia miokard memanjang, efek obat ditandai dengan dispnea, gelisah, penurunan nadi perifer, kulit dingin/pucat, nyeri dada continue.

Tujuan : setelah perawatan 1x24 jam, tanda – tanda penurunan curah jantung hilang.

Kriteria hasil : - Melaporkan episode dispnea, angina dan disritmia.

- Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.

- Berpartisipasi pada perilaku yang menurunkan kerja jantung

Intervensi

Rasional

1. Pantau tanda vital (frekuensi jantung, TD)

- Menentukan respon pasien terhadap aktifitas dan dapat mengindikasikan penurunan oksigen miokardia yang memerlukan penurunan aktivitas / kembali tirah baring.

2. Kaji tanda – tanda dan gejala GJK

- Menurunkan kerja miokardia / konsumsi oksigen

3. Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen.

Contoh : mengejan saat defikasi

- Aktivitas yang memerlukan menahan nafas dan menunduk dapat mengakibatkan bradikardi , juga menurunkan curah jantung dan takikardi dengan peningkatan TD.

4. Kaji ulang tanda/gejala yang menunjukkan tdk toleran terhadap aktivitas atau memerlukan pelaporan pada perawat/dokter.

- Palpitasi nadi tak teratur , adanya nyeri dada , atau dispnea dapat mengindikasikan kebutuhan perubahan progam OR atau obat.

5. Kolaborasi

Rujuk keprogram rehabilitasi jantung

- Memberikan dukungan / pengawasan tambahan berlanjut dan partisipasi proses penyembuhan dan kesejahteraan.

3. Dx keperawatan : Resiko tinggi terhadap prubahan perfusi jaringan b/d penurunan /

pengentian aliran darah.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam perubahan perfusi jaringan kembali normal

Kriteria hasil : Mendemonstrasikan perfusi adekuat secara individual , contoh:kulit hangat dan kering , ada nadi perifer/kuat , tanda vital dalam batas normal , pasien sadar atau berorientasi , keseimbangan pemasukan / pengeluaran , tanda edema , bebas nyeri / ketidaknyamanan.

Intervensi

Rasional

1. Kaji pucat , sianosis , Kulit dingin atau lembab dan catat kekuatan nadi perifer.

- Vasokonriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit.

2. Kaji tanda HOMAN(nyeri pada betis dengan posisi dorsofieksi,eritma,edema

- Indikator trombosis vena dalam.

3. Dorong latihan kaki aktif/pasif.

- Menurunkan statis vena , meningkatkan aliran balik vena dan mrnurunkan resiko tromboflebitis.

4. Pantau pernafasan,catat kerja pernafasan.

- Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernafasan.namun dispnea tiba-tiba berlanjut menunjukan komplikasi tromboemboli.

5. Kolaborasi :

- Pantau data laboratorium (ex:GDA,BUN,kreatinin,elektrolit)

- Beri obat sesuai indikasi co/heparin/natrium warfarin.

- Indikator perfusi/fungsi organ.

- Untuk terapi koagulan jangka panjang/pasca

Pulang.

4. Dx Keperawatan : Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi organ.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24jam kebutuhan pemenuhan cairan dapat kembali normal.

Kriteria hasil : - Mempertahankan keseimbangan cairan(TD dalam batas normal)

- Tak ada distensi vena perifer/vena dan edema dependen

- Paru bersih dan berat badan stabil

Intervensi

Rasional

1. Auskultasi bunyi nafas untk adanya krekel

- dapat mengindifikasikan edema paru akibat dekompensasi jantung.

2. Ukur masukan /keluaran,catatpenuranan pengeluaran,sifat konsentrasi

- penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal,retensi natrium/air & penurunan keluaran urin.

3. Timbang berat badan tiap hari

- perubahan tiba-tiba pada berat badan menunjukan gangguan keseimbangan cairan.

4. Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler

- Memenuhi cairan tubuh orang dewasa tetapi memerlukan pembatasan pada adanya dekompensasi jantung.

5. Kolaborasi :

- Berikan diet natrium rendah/minuman

- berikan diuretik (ex:lasik)

- pantau kalium sesuai indikasi

- natrium meningkatkan retensi cairan & harus dibatasi

- natrium memperbaiki kelebihan cairan

- hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi & dapat terjadi dengan penggunaan diuretik penurun kalsium.